Rabu, 06 Desember 2017

Esai Kus: Sustainable Development Goals (SDGs)

“YUK GERMAS, SUKSESKAN SEKTOR KESEHATAN PADA SDGs”
(Kusuma W. Wardani) 

Sampai dengan saat ini masih banyak kita jumpai masyarakat baik dari kalangan muda maupun tua yang menderita sakit. Ketika penyakit sudah menyerang dan mereka  merasakan sakit, mereka berbondong-bondong pergi ke fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Mereka memeriksakan sakitnya ketika sudah parah, dokter di fasilitas pertama sudah tidak dapat menangani sehingga harus dirujuk ke rumah sakit. Rumah sakit khusunya BPJS banyak menerima pasien rujukan dari dokter fasilitas kesehatan pertama hingga akhirnya mereka kehabisan ruang perawatan untuk menampung banyaknya pasien. Tak heran jika banyak rumah sakit menolak pasien karena penuhnya ruang perawatan.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, sebanyak 10,4% penduduk indonesia dalam satu bulan terakhir melakukan rawat jalan dan biaya rerata yang dikeluarkan sebesar Rp 3.500,-. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sebanyak 28,62% penduduk mengalami keluhan kesehatan sebulan yang lalu pada tahun 2017. Data kesehatan yang dimiliki indonesia, penyakit yang banyak diderita masyarakat nyatanya diduduki oleh penyakit tidak menular. Riskesdas 2013 mencatat terdapat beberapa penyakit dengan prevalensi tinggi yang menyebar di beberapa provinsi di indonesia, yaitu hipertensi (25,8%), penyakit sendi (24,7%), hepatitis B (2,8%), stroke (12,1%), dan balita kurang gizi (19,6%).
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menyatakan sejak tahun 2015 penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian dan kecacatan terbesar. Tanpa upaya (pencegahan) yang kuat, tren PTM ini masih akan terjadi. Tahun 1999 penyakit penyebab kematian terbesar adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), TBC, dan diare lalu diikuti oleh penyakit stroke dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sejak tahun 2015 justru stroke dan kecelakaan lalu lintas yang menjadi penyebab kematian terbesar. Ada 4 sebab utama mengapa tren kematian terbanyak justru berasal dari penyakit tidak menular yaitu selain gaya hidup, masyarakat kurang aktifitas fisik seperti olah raga, kebiasaan merokok diatas usia 15 tahun mulai tinggi, kurang mengonsumsi buah dan sayur serta kebiasaan minum-minuman beralkohol.
Penyakit-penyakit tersebut akan sulit diatasi apabila sudah mencapai stadium lanjut atau tingkat tinggi. Langkah terbaik adalah melalui upaya pencegahan dengan kampanye hidup sehat. Perlu keterlibatan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda terdepan. Kampanye hidup sehat merupakan bagian dari upaya promotif preventif. Upaya ini dapat menekan terjadinya penyakit sehingga menurunkan angka kesakitan masyarakat yang berobat ke fasilitas kesehatan.
Kampanye hidup sehat yang sedang digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini adalah GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup (Depkes RI, 2016). Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian dan kemandirian.
GERMAS meliputi kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan dan menggunakan jamban. Pada tahap awal GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu: 1) Melakukan aktifitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi sayur dan buah, 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Sektor kesehatan pada SDGs (Sustainable Development Goals) terdapat 4 goals. SDGs (Sustainable Development Goals) adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam rangka melanjutkan upaya dan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015 lalu (Bappenas).
Keempat goals yang berkaitan dengan sektor kesehatan berada pada posisi goals 2, 3, 5 dan 6. Goals 2 SDGs yaitu “Zero Hunger” atau nol kelaparan, maksudnya adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu makan sayur dan buah setiap hari. Pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari masih menjadi beban bagi saudara-saudara kita di bagian timur seperti papua barat, NTT, maluku, dan sebagian kalimantan. Upaya keberhasilan program GERMAS dibutuhkan peran pemerintah dalam mengatasi kelaparan.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan sebanyak 19,4 juta penduduk indonesia masih mengalami kelaparan. FAO menilai indonesia telah cukup berhasil dalam menurunkan angka kelaparan dari tahun ke tahun sebelumnya hingga setengahnya, namun masih banyak yang harus dilakukan khususnya diwilayah timur indonesia yang masih terdapat penduduk yang tidak memiliki makanan yang cukup. Namun meskipun telah berhasil menurunkan angka kelaparan hingga 50%, indonesia masih dinilai lambat dalam mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak dibawah usia 5 tahun. Dari data terakhir hampir 37% balita di indonesia menderita stunting atau terhambat pertumbuhannya karena kekurangan gizi.
Goals 3 pada SDGs yaitu “Good Health and well being” atau kehidupan sehat dan sejahtera, maksudnya adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang. Goals selanjutnya yang berkaitan dengan SDGs yaitu goals 5 “Gender Equality” atau kesetaraan gender, maksudnya adalah menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam berbagai aspek kehidupan namun tidak terlepas dari konteks cara pandang harus tetap disesuaikan dengan kodrat perempuan. Contohnya pada kasus ibu hamil yang menunggu keputusan suaminya untuk pergi berobat ke dokter yang pada akhirnya berakibat fatal pada kesehatan ibu dan janinnya. Antara laki-laki dan perempuan harusnya sama-sama menjadi pengatur rumah tangga dengan peran masing-masing dan demi kebaikan keduanya. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu memeriksakan kesehatan secara rutin sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Berlanjut ke goals 6 yaitu “ Clean water and sanitation” atau air bersih dan sanitasi layak, maksudnya adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang. Berkaitan dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik setiap hari yang harus didukung oleh sanitasi yang baik serta ketersediaan air yang memadai. Sanitasi dan air minum yang tidak layak meningkatkan risiko terjadinya diare. Riskesdas 2013 menunjukkan angka insidens diare pada balita sebesar 6,7%. Angka ini tinggi dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pemerintah telah melaksanakan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang merupakan salah satu strategi upaya percepatan perubahan perilaku masyarakat dalam penyediaan air minum dan sanitasi yang layak. Upaya ini memerlukan keterlibatan sema pihak masyarakat maupun tenaga kesehatan sebagai pemacu perubahan perilaku. Dengan adanya air minum dan sanitasi yang layak, masyarakat dapat lebih sehat karena dapat melakukan aktifitas fisik dengan nyaman, bersih, tanpa polusi.

Setiap masalah kesehatan pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu :1) Adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, 2) Adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan 3) Adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya (Depkes RI, 2008). Kesehatan setiap individu ditentukan oleh perilaku hidupnya sehari-hari. Perubahan perilaku erat hubungannya dengan promosi kesehatan. Perlu dukungan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda terdepan untuk menggalakkan program promosi kesehatan ini. Kampanye GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) adalah upaya promosi kesehatan yang sedang gencar digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini dan saya sangat mendukung penuh upaya tersebut dengaan ikut mengimplementasikan tiga kegiatan utama GERMAS seperti yang telah dipaparkan diatas mulai dari diri sendiri, pemberian informasi kepada keluarga dan masyarakat melalui media sosial. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mengubah perilaku individu yang tidak sehat menjadi sehat dan terbebas dari masalah kesehatan.






Selasa, 05 Desember 2017

Artikel Kus: PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI

DENTAL ANATOMI
GIGI PERMANEN/TETAP

A.    Waktu Erupsi (dalam tahun)

Gigi
I1
seri1
I2
seri2
C
taring
P1
geraham kecil1
P2
gerham kecil2
M1
geraham besar1
M2
geraham besar2
M3
geraham besar3
RA
7-8
8-9
11-12
10-11
10-12
6-7
12-13
17-21
RB
6-7
7-8
9-10
10-12
11-12
6-7
11-13
17-21

Urutan erupsi gigi permanen :
1.      Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1 bawah
2.      Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah
3.      Gigi I2 atas
4.      Gigi C bawah
5.      Gigi P1 atas
6.      Gigi P1 bawah dan P2 atas
7.      Gigi C atas dan P2 bawah
8.      Gigi M2 bawah
9.      Gigi M2 atas
10.  Gigi M3 atas dan bawah

B.     Perkembangan gigi geligi
Setelah korona gigi terbentuk, bagian akar mulai berkembang dan sementum mulai terbentuk. Penghubung semento enamel yaitu garis servikal yang membentuk suatu garis demarkasi anatara mahkota dan akar yang dimulai dengan suatu bonny crypt dari tulang rahang. Setelah mahkota dan akar terbentuk gigi menembus membran mukosa dari mulut. Pembentukan dentin bagian akar dan sementum dilanjutkan setelah gigi digunakan. Kemudian pembentukan akar 50% sudah selesai pada waktu gigi erupsi. Setelah akar terbentuk seluruhnya baru sementum menutupi bagian luar akar. Jaringan pulpa dengan jaringan-jaringan dibawahnya mulai berguna setelah gigi selesai dibentuk.
Gigi manusia terdiri dari sejumlah struktur utama yang dapat dibagi dalam tiga kelompok (Brauer) :
1.      Struktur Propriodontal ( enamel dan dentin) yang khas untuk gigi, jaringan serupa ini tak akan terdapat di jaringan tubuh yang lain
2.      Struktur Endodontal (pulpa) yaitu organ yang dibentuk dari dentin
3.   Struktur Periodontal (sementum, tulang alveolar, selaput perodontal dan gingiva) yaitu struktur penyanggah dan penanam dari gigi geligi
Benih gigi dibentuk dari tiga organ pembentuk :
1.      Organ enamel
2.      Dental papilla (organ dentin)
3.      Kantung gigi (organ periodontal)

C.     Awal perkembangan gigi
Perkembang dimulai dari daerah anterior mandibula pada usia 5-6 minggu dilanjutkan ke arah posterior dari kedua rahang.
Perkembangan dimulai dari pembentukan lamina gigi yaitu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut(ektoderma) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat dimana gigi-gigi akan muncul.

D.    Siklus Kehidupan Gigi
1.      Tahap Pertubuhan
a.       Tahap Inisiasi
·         Merupakan stadium permulaaan
·         Mulai embrio umur 5-7 minggu Intra Uterin
·         Benih yang pertama dibentuk gigi susu
·         Gigi permanen 10-14 minggu Intra Uterin
·         Pada stadium ini yang terbentuk adalah lamina dentalis
b.      Tahap Proliferasi
Lamina dentalis membelah membentuk :
·         Enamel organ
·         Dental papilla (organ dentin)
·         Dental sac ( periodontal organ)
c.       Tahap Histodiferensiasi adalah spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam susunannya
·         Bagian dalam enamel organ membentuk ameloblast
·         Bagian luar dentin papilla membentuk odontoblast
·         Ujung enamel organ akan memperbanyak membentuk sarung epitel hertwiqs
·         Sarung ini merupakan arah terbentuknya daerah pertemuan dentin dan semen
·         Sehingga merupakan penentu bentuk dasar, besar dan panjang akar
·         Bagian luar membentuk cementoblast, bagian dalam membentuk odontoblast
d.      Tahap Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel pembentuk dentino enamel dan dentino cemental junction
·         Penyusun sel-sel formatif pada sekitar yang akan menjadi Dentino Enamel Junction(DEJ) dan Dentino Cemento Junction(DCJ) sehingga akan membentuk crown dan radix
·         Daerah pertemuan ini terjadi matrik-matrik email dan dentin
·         Bentuk akar gigi akan diberi arah oleh sarung epitel hertwiqs yang bergerak ke arah ujung akar


2.      Erupsi Intraoseous
a.       Tahap Aposisi adalah pengendapan matriks email dan dentin
b.      Tahap Kalsifikasi adalah pengerasan matriks
3.      Tahap Erupsi
Adalah pergerakan gigi kedalam rongga mulut
4.      Atrisi
Adalah ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi
5.      Resorbsi
Adalah penghapusan dari akar-akar gigi susu olek aksi dari osteoclast





Artikel Kus

WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...