“YUK GERMAS, SUKSESKAN SEKTOR KESEHATAN PADA SDGs”
(Kusuma W. Wardani)
Sampai dengan saat
ini masih banyak kita jumpai masyarakat baik dari kalangan muda maupun tua yang
menderita sakit. Ketika penyakit sudah menyerang dan mereka merasakan sakit, mereka berbondong-bondong
pergi ke fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan. Mereka memeriksakan sakitnya ketika sudah parah, dokter di
fasilitas pertama sudah tidak dapat menangani sehingga harus dirujuk ke rumah
sakit. Rumah sakit khusunya BPJS banyak menerima pasien rujukan dari dokter fasilitas
kesehatan pertama hingga akhirnya mereka kehabisan ruang perawatan untuk
menampung banyaknya pasien. Tak heran jika banyak rumah sakit menolak pasien
karena penuhnya ruang perawatan.
Berdasarkan
Riskesdas tahun 2013, sebanyak 10,4% penduduk indonesia dalam satu bulan
terakhir melakukan rawat jalan dan biaya rerata yang dikeluarkan sebesar Rp
3.500,-. Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan sebanyak 28,62% penduduk mengalami keluhan kesehatan sebulan yang
lalu pada tahun 2017. Data kesehatan yang dimiliki indonesia, penyakit yang
banyak diderita masyarakat nyatanya diduduki oleh penyakit tidak menular.
Riskesdas 2013 mencatat terdapat beberapa penyakit dengan prevalensi tinggi
yang menyebar di beberapa provinsi di indonesia, yaitu hipertensi (25,8%),
penyakit sendi (24,7%), hepatitis B (2,8%), stroke (12,1%), dan balita kurang
gizi (19,6%).
Menteri Kesehatan
Nila F. Moeloek menyatakan sejak tahun 2015 penyakit tidak menular (PTM)
menjadi penyebab kematian dan kecacatan terbesar. Tanpa upaya (pencegahan) yang
kuat, tren PTM ini masih akan terjadi. Tahun 1999 penyakit penyebab kematian
terbesar adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), TBC, dan diare lalu
diikuti oleh penyakit stroke dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sejak
tahun 2015 justru stroke dan kecelakaan lalu lintas yang menjadi penyebab
kematian terbesar. Ada 4 sebab utama mengapa tren kematian terbanyak justru
berasal dari penyakit tidak menular yaitu selain gaya hidup, masyarakat kurang
aktifitas fisik seperti olah raga, kebiasaan merokok diatas usia 15 tahun mulai
tinggi, kurang mengonsumsi buah dan sayur serta kebiasaan minum-minuman
beralkohol.
Penyakit-penyakit
tersebut akan sulit diatasi apabila sudah mencapai stadium lanjut atau tingkat
tinggi. Langkah terbaik adalah melalui upaya pencegahan dengan kampanye hidup
sehat. Perlu keterlibatan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda
terdepan. Kampanye hidup sehat merupakan bagian dari upaya promotif preventif.
Upaya ini dapat menekan terjadinya penyakit sehingga menurunkan angka kesakitan
masyarakat yang berobat ke fasilitas kesehatan.
Kampanye hidup
sehat yang sedang digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini adalah GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup (Depkes RI, 2016). Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian dan
kemandirian.
GERMAS meliputi
kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok,
tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan
lingkungan dan menggunakan jamban. Pada tahap awal GERMAS secara nasional
dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu: 1) Melakukan aktifitas fisik
30 menit per hari, 2) Mengonsumsi sayur dan buah, 3) Memeriksakan kesehatan
secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Sektor kesehatan
pada SDGs (Sustainable Development Goals) terdapat 4 goals. SDGs (Sustainable
Development Goals) adalah kesepakatan
pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah
pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan
untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs
diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk
meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one
Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam rangka
melanjutkan upaya dan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang
berakhir pada tahun 2015 lalu (Bappenas).
Keempat
goals yang berkaitan dengan sektor kesehatan berada pada posisi goals 2, 3, 5
dan 6. Goals 2 SDGs yaitu “Zero Hunger”
atau nol kelaparan, maksudnya adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan dan meningkatkan gizi serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Hal
ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu makan sayur dan buah
setiap hari. Pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari masih menjadi beban bagi
saudara-saudara kita di bagian timur seperti papua barat, NTT, maluku, dan
sebagian kalimantan. Upaya keberhasilan program GERMAS dibutuhkan peran pemerintah
dalam mengatasi kelaparan.
Berdasarkan
hasil penelitian terakhir dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan
sebanyak 19,4 juta penduduk indonesia masih mengalami kelaparan. FAO menilai
indonesia telah cukup berhasil dalam menurunkan angka kelaparan dari tahun ke
tahun sebelumnya hingga setengahnya, namun masih banyak yang harus dilakukan
khususnya diwilayah timur indonesia yang masih terdapat penduduk yang tidak
memiliki makanan yang cukup. Namun meskipun telah berhasil menurunkan angka kelaparan
hingga 50%, indonesia masih dinilai lambat dalam mengurangi jumlah
penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak dibawah usia 5 tahun. Dari
data terakhir hampir 37% balita di indonesia menderita stunting atau terhambat
pertumbuhannya karena kekurangan gizi.
Goals
3 pada SDGs yaitu “Good Health and well being” atau kehidupan sehat dan
sejahtera, maksudnya adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang. Goals selanjutnya yang berkaitan dengan SDGs
yaitu goals 5 “Gender Equality” atau kesetaraan gender, maksudnya adalah
menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama
dalam berbagai aspek kehidupan namun tidak terlepas dari konteks cara pandang
harus tetap disesuaikan dengan kodrat perempuan. Contohnya pada kasus ibu hamil
yang menunggu keputusan suaminya untuk pergi berobat ke dokter yang pada
akhirnya berakibat fatal pada kesehatan ibu dan janinnya. Antara laki-laki dan
perempuan harusnya sama-sama menjadi pengatur rumah tangga dengan peran
masing-masing dan demi kebaikan keduanya. Hal ini berkaitan erat dengan upaya
pelaksanaan GERMAS yaitu memeriksakan kesehatan
secara rutin sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Berlanjut ke goals
6 yaitu “ Clean water and sanitation” atau air bersih dan sanitasi layak,
maksudnya adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang. Berkaitan dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik setiap hari
yang harus didukung oleh sanitasi yang baik serta ketersediaan air yang
memadai. Sanitasi dan air minum yang tidak layak meningkatkan risiko terjadinya
diare. Riskesdas 2013 menunjukkan angka insidens diare pada balita sebesar
6,7%. Angka ini tinggi dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Pemerintah telah melaksanakan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
yang merupakan salah satu strategi upaya percepatan perubahan perilaku
masyarakat dalam penyediaan air minum dan sanitasi yang layak. Upaya ini
memerlukan keterlibatan sema pihak masyarakat maupun tenaga kesehatan sebagai
pemacu perubahan perilaku. Dengan adanya air minum dan sanitasi yang layak,
masyarakat dapat lebih sehat karena dapat melakukan aktifitas fisik dengan
nyaman, bersih, tanpa polusi.
Setiap
masalah kesehatan pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yang timbul secara
bersamaan, yaitu :1) Adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, 2) Adanya
lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan 3) Adanya
perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan
lingkungannya (Depkes RI, 2008). Kesehatan setiap individu ditentukan oleh
perilaku hidupnya sehari-hari. Perubahan perilaku erat hubungannya dengan promosi
kesehatan. Perlu dukungan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda
terdepan untuk menggalakkan program promosi kesehatan ini. Kampanye GERMAS (Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat) adalah upaya promosi kesehatan yang sedang gencar
digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini dan saya sangat mendukung penuh
upaya tersebut dengaan ikut mengimplementasikan tiga kegiatan utama GERMAS seperti yang telah dipaparkan diatas mulai dari
diri sendiri, pemberian informasi kepada keluarga dan masyarakat melalui media
sosial. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mengubah perilaku individu yang
tidak sehat menjadi sehat dan terbebas dari masalah kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar