Selasa, 06 Februari 2018

Cerpen Kus

PESAN AYAH
Oleh: Kusuma Wulan Wardani

Namaku Rian, Rianti Atmaja, seorang pelajar kelas tiga SMA yang sekarang sedang duduk termenung di ruang BP sekolah. Mataku tajam menatap guru yang berbicara. Duduk tegap dengan jari tangan saling menggenggam di atas meja kayu berukuran satu kali setengah meter itu. Disampingku seseorang duduk dengan kepala tertunduk seolah-olah dibawahnya ada sekeping uang logam dan dia siap mengambilnya. Hanya kata “ya” yang keluar dari mulut ketika guru menanyainya. Ini sudah kedua kalinya ia dipanggil ke ruang BP karena meminta uang secara paksa anak-anak kelas sepuluh. Aku berada di ruang BP bukan karena ikut meminta uang tetapi terlibat adu mulut dengan Beni saat Aku tahu bahwa anak kelas sepuluh yang ia paksa minta uangnya adalah adik sepupuku. Suara guru menggema di setiap sudut ruangan dan kalimat terakhir yang Beliau ucapkan adalah oang tua Beni akan dipanggil ke sekolah untuk membicarakan masalah ini. Aku merasa cukup lega mendengarnya, setidaknya Beni akan jera dengan apa yang ia perbuat.
            Bel berbunyi tanda jam istirahat usai. Suaranya nyaring. Bergegas kurapikan baju putihku yang lusuh. Kulihat ada luka di siku tangan. Sedikit berdarah dan rasanya perih. Tapi biarkan saja, Aku ini perempuan kuat, sudah biasa merasakan hal-hal seperti itu. Nanti diberi obat merah pasti sembuh. Beni memang sempat mendorongku saat adu mulut tadi siang di kantin sekolah. Aku jatuh terkulai diantara kursi dan meja kantin. Tapi Aku segera bangkit, Aku tak ingin terlihat lemah dan Beni menginjak-injak harga diriku. Aku memang bukan berasak dari keluarga kaya seperti teman-teman sekolahku. Aku berhak melindungi diriku, keluarga bahkan adik sepupuku ketika ada orang lain yang merendahkan.
            Bersyukur Aku bisa bersekolah di SMA ini. SMA kebanggaan setiap orang di kotaku. Hanya orang-orang cerdas yang bisa bersekolah disini. Kalaupun tidak cerdas hanya orang-orang kaya yang bisa membeli apapun yang ia mau dengan uang, termasuk bersekolah di SMA ini. Tetapi jangan salah, Aku bersekolah di SMA ini karena kerja keras otakku berfikir dan belajar. Mustahil bagiku membayar uang jutaan rupiah untuk bias masuk SMA ini karena Aku berasal dari keluarga sederhana dan berkecukupan, cukup untuk makan, cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Aku adalah anak tunggal dari orang tua yang sangat menyayangiku. Terlebih ayahku, Beliau ingin sekali Aku bias berpendidikan tinggi meraih gelar sarjana, magister, hingga doctor sekalipun. Ibuku telah tiada sejak Aku berusia 5 tahun. Ayah adalah orang yang sangat percaya diri dan memiliki keinginan kuat. Tak peduli apakah Beliau bisa menyekolahkan Aku sampai jenjang tertinggi karena biayanya pasti mahal. Tapi Beliau selalu berpesan padauk selama ada kemauan pasti ada jalan.
            Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa kelas dua belas yaitu pengumuman hasil Ujian Nasional. Keyakinanku kuat, Aku pasti lulus. Tapi bagaimana dengan nilainya, baik, sedang atau burukkah. Aku cemas hari ini, jantungku berdebar menanti esok hari.
            Kecemasanku hilang saat Aku mengetahui bahwa Aku dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Lantas bagaimana dengan kelanjutan pendidikanku. Aku masih menunggu pengumuman SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri esok hari.
            Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Namaku tidak ada dalam daftar siswa yang lolos SNMPTN. Seketika tubuhku lemas. Hanya bias duduk tertunduk menahan tangis ketika berbicara dengan Ayah.
            “Rian tidak usah kuliah ya Yah, biar kerja aja”
            “ Dengarlah nak, kita memang bukan orang yang kaya, Ayah tidak berpendidikan tinggi apalagi disegani banyak orang. Ayah ingin kau memiliki masa depan yang cerah tidak seperti kita sekarang. Negara kita ini menjamin hak-hak setiap warganya termasuk hak mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan negara akan memberikan bantuan pendidikan atau beasiswa kepada anak-anak yang cerdas maupun tidak mampu untuk bersekolah baik di dalam maupun di luar negeri. Ayah tahu Kau anak yang cerdas. Kau hanya perlu berusaha lebih keras lagi. Keberhasilan tidak didapat diperoleh dengan instan Nak, terkadang kau harus rela jatuh berkali-kali kemudian bangkit untuk meraih keberhasilanmu. Itulah sebenar-benarnya usaha. Dengan kau menjadi orang yang berpendidikan, tidak akan banyak orang lain yang merendahkanmu. Berusahalah nak, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”. Ayah mencoba memberiku semangat.
            Benar saja, Aku diterima di salah satu Universitas Negeri setelah mati-matian belajar bahkan mendapat beasiswa sekaligus karena nilaiku pada saat tes masuk memang bagus. Motivasi Ayah kala itu telah mengetuk hatiku untuk terus berusaha dan menyadarkanku akan pentingnya pendidikan. Ku cium tangan Ayahku, Ku ucapkan terima kasih padanya meminta doa restu Aku belajar di Fakultas Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa. Cita-citaku sejak dulu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Kus

WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...