Rabu, 26 Agustus 2020
Artikel Kus
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19
(Kusuma W. Wardani)
Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah
tepatnya di sebelah selatan Kota Solo, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur di
sebelah timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah barat. Kabupaten ini
memiliki julukan sebagai Kota Gaplek. Julukan yang tak lepas dari konsumsi warga
di wilayah tersebut. Sejak dahulu makanan pokok orang Wonogiri adalah thiwul,
bahan pangan dari gaplek atau singkong yang dikeringkan. Kabupaten Wonogiri
sebagian besar merupakan daerah dengan dataran tinggi dan berbukit-bukit. Pada
umumnya masyarakat yang tinggal di dataran tinggi memiliki kebudayaan bertani.
Kondisi tanah yang subur memungkinkan mereka untuk bercocok tanam, salah satunya
adalah singkong. Meskipun Kabupaten ini didominasi oleh lahan kering berbatu dan
tandus, masyarakat mampu memanfaatkan lahan secara optimal dengan diurug tanah
untuk ditanami serta mengandalkan air dari hujan. Selain itu, masyarakat
Kabupaten Wonogiri terkenal dengan budaya merantau. Kondisi wilayah dan akses
yang cukup sulit dijangkau membuat masyarakat berbondong-bondong hijrah ke Ibu
Kota untuk sekedar mengadu nasib atau mencari penghidupan yang lebih baik. Hal
ini menyebabkan angka urbanisasi di Kabupaten Wonogiri tinggi. Sebagian besar
masyarakat yang merantau adalah masyarakat usia produktif sehingga berakibat
kurangnya tenaga kerja bagi desa untuk mengolah pertanian dan hilangnya penduduk
berkualitas di desa itu sendiri. Namun di sisi lain urbanisasi memberikan dampak
positif bagi daerah yang ditinggalkan seperti menurunnya tingkat pengangguran
sehingga dapat mengurangi kemiskinan di daerah tersebut. Tercatat angka
kemiskinan di Kabupaten Wonogiri mengalami penurunan di penghujung tahun 2019
yakni 10,25% dari tahun sebelumnya yang mencapai 13,12%.
Wabah Covid-19
Berkaitan dengan merebaknya wabah Covid-19 yang saat ini melanda hampir seluruh
negara di dunia tak terkecuali Indonesia, Kabupaten Wonogiri merupakan salah
satu daerah yang tanggap dalam menangani wabah ini. Terbukti dengan adanya
kebijakan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo seperti meliburkan sekolah-sekolah,
memberlakukan WFH (Work From Home) bagi beberapa PNS, menghentikan sementara
aktifitas sosial yang menimbulkan kerumunan serta kebijakan untuk selalu
mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan selalu
menjaga jarak. Corona virus disease atau disingkat Covid-19 pertama kali
ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019 berupa kejadian pneumonia berat.
Penyebabnya adalah virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2). Sampai saat ini sudah menyebar ke 182 negara termasuk Indonesia.
Susunan nukleotida dari virus ini memiliki kesamaan dengan MERS-CoV yang mewabah
di Timur Tengah sekitar tahun 2004 dan SARS-CoV yang mewabah di asia sekitar
tahun 2002. Dilaporkan bahwa Covid-19 ini lebih berbahaya dibandingkan 2 virus
lain tersebut. Tanda dan gejala dari Covid-19 mulai dari pusing, demam, sakit
tenggorokan sampai gangguan fungsi organ. Namun pada beberapa kasus orang yang
terinfeksi Covid-19 tidak menimbulkan gejala apapun atau dikategorikan sebagai
OTG (Orang Tanpa Gejala). Virus ini dapat menyerang semua golongan umur. Namun
orang dengan komorbiditas atau penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes,
penyakit kardiovaskuler, usia lebih dari 60 tahun lebih rentan terserang
Covid-19. Virus ini sangat menular dan penyebarannya dapat melalui udara, kontak
lansung lewat percikan saliva, darah, serta permukaan terkontaminasi seperti
logam, kaca, kayu, dan sebagainya. Merebaknya wabah Covid-19 sangat menjadi
perhatian bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah demi memutus
rantai penularan Covid-19. Seluruh tenaga medis dikerahkan untuk ikut andil
dalam menangani wabah ini. Merekalah garda terdepan dalam penangan pasien-pasien
Covid-19. Rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk merawat para pasien dan
tidak sedikit dari mereka yang gugur akibat tertular Covid-19 saat merawat
pasiennya. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan.
Batuwarno dalam Perjalanan
Penulis merupakan seorang tenaga kesehatan di Kabupaten Wonogiri tepatnya di
Kecamatan Batuwarno. Sebuah kecamatan yang berjarak 54 km dari ibukota
Kabupaten. Kecamatan Batuwarno memeliki tinggi wilayah 274 mdpl dan luas 51,65
kilometer persegi yang terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan. Ibukota Kecamatan
ini berada di Desa Batuwarno. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai
petani. Sebagian lainnya sebagai peternak dan pedagang. Di Kecamatan ini
terdapat fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada beberapa
desa juga terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD) yang hanya buka pada hari tertentu. Hal ini karena cukup sulitnya akses
transportasi di daerah ini sehingga dibukanya Pustu dan PKD dapat memudahkan
pemenuhan pelayanan kesehatan masyarakat dan tentunya lebih terjangkau.
Merebaknya wabah Covid-19 yang mucul di Indonesia sekitar bulan Maret 2020
membuat seluruh aktivitas terganggu, salah satunya di Kecamatan Batuwarno
Kabupaten Wonogiri. Masifnya penyebaran virus ini sangat meresahkan masyarakat
dari berbagai pihak. Bagaimana tidak, seluruh kegiatan yang melibatkan banyak
orang dihentikan, sekolah-sekolah diliburkan, pelayanan Pustu dan PKD ditutup,
kegiatan luar gedung seperti posyandu pun dihentikan. Virus Covid-19 sangat
menular bahkan melalui udara sekalipun. Virus ini tidak dapat berpindah tempat
kecuali melalui sebuah agen atau media perpindahan dan manusia adalah agen utama
perpindahan virus ini. Maka dari itu mobilitas manusia sangat dibatasi dengan
ketat. Masalah utama yang terjadi di Kabupaten Wonogiri salah satunya di
Kecamatan Batuwarno adalah adanya budaya pulang kampung bagi para perantau.
Mengingat jumlah perantau di Kabupaten ini cukup tinggi. Perpindahan manusia
dari tempat satu ke tempat yang lain berpotensi besar untuk dapat menularkan
virus Covid-19. Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan ada 25.745 perantau yang
mudik kembali ke wilayahnya melaui Terminal Giri Adipura Kabupaten Wonogiri per
akhir Bulan Maret 2020 dan beberapa diantaranya menunjukkan gejala demam, batuk
dan pilek. Seluruh perantau dikategorikan sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan)
dan pihaknya menghimbau tim kesehatan untuk melakukan monitoring agar ODP ini
termonitor dengan baik serta berada dalam pengawasan tim kesehatan tingkat
puskesmas. Berbagai usaha digalakkan untuk dapat menekan penyebaran Covid-19.
Himbauan untuk tetap di rumah, jaga jarak, memakai masker serta selalu mencuci
tangan terus dilakukan. Tim kesehatan Puskesmas Batuwarno yang terjun langsung
dalam upaya ini bekerjasama dengan lintas sektoral seperti pihak Kecamatan,
Polsek dan Danramil melaksanakan upaya penyuluhan ke desa-desa di Kecamatan
Batuwarno. Menggunakan mobil Pusling, tim berkeliling dari desa ke desa. Tak
jarang mereka menemukan masyarakat yang masih berkerumun tanpa menggunakan
masker. Penyuluhan juga dilaksanakan di Pasar Batuwarno yang menjadi tempat
ditemukannya banyak kerumunan orang. Dikhawatirkan pasar menjadi klaster
penyebaran Covid-19. Tim juga membagikan masker bagi masyarakat yang tidak
mengenakan masker serta selalu jaga jarak. Pasar Batuwarno tidak ditutup selama
wabah Covid-19 karena pasar menjadi roda perekonomian masyarakat disini. Pasar
ini hanya dibuka dua kali dalam seminggu. Masyarakat dihimbau untuk berbelanja
seperlunya saja serta tidak berlama-lama berada di pasar. Pada Agustus 2020
diketahui ada masyarakat terkonfirmasi Covid-19 di Kecamatan Batuwarno. Hal ini
menjadi perhatian tim medis untuk segera melakukan tracking pada orang-orang
yang kontak dengan pasien terkonfirmasi. Diduga pasien merupakan seorang yang
bekerja di luar kota dan sedang menjalani perawatan di luar Kabupaten Wonogiri.
Sekitar seminggu sebelum pasien dinyatakan terkonfirmasi Covid-19, pasien pulang
ke rumahnya yang berada di salah satu desa di Kecamatan Batuwarno. Tim kesehatan
melakukan tracking pada keluarga pasien. Dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan, memakai APD lengkap, tim siap melakukan test swab pada keluarga
pasien terkonfirmasi. Tak henti-hentinya tim menghimbau keluarga untuk tetap
dirumah dan selalu mencuci tangan. Selama beberapa hari keluarga pasien berada
dalam pengawasan tim kesehatan, hasil swab menunjukkan hasil non reaktif yang
artinya keluarga pasien tidak dinyatakan tertular Covid-19. Beberapa hari
setelahnya dikabarkan bahwa pasien terkonfirmasi Covid-19 yang menjalani
perawatan di luar kota telah menunjukkan hasil non reaktif juga.
Adaptasi Kebiasaan Baru
Meskipun hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan
Covid-19, dengan menjalani pola hidup sehat dan tetap mematuhi protokol
kesehatan, pasien Covid-19 bisa disembuhkan. Dibutuhkan kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama melawan wabah Covid-19. Tetap
patuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan selalu
menjaga jarak. Covid-19 masih ada di sekitar kita dan aktifitas manusia akan
terus berjalan. Maka dari itu mulailah untuk menjalani kebiasaan baru, kebiasaan
yang lebih baik dan lebih sehat. Menghadapi wabah Covid-19 mengajarkan kepada
kita bahwa there will be no back to normal but this is the new normal. Kita
semua dengan perjuangan yang berbeda. Kita semua dengan lelah yang sama. Tetap
semangat dan jangan lupa bahagia.
Referensi:
Kabupaten Wonogiri dalam angka 2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
Kecamatan Batuwarno dalam angka2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200330214211-20-488469/25-ribu-perantau-pulang-ke-wonogiri-sebagian-batuk-dan-demam
Langganan:
Postingan (Atom)
Artikel Kus
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...

-
DENTAL ANATOMI GIGI PERMANEN/TETAP A. Waktu Erupsi (dalam tahun) Gigi I1 seri1 I2 seri2 C taring ...
-
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...
-
“YUK GERMAS, SUKSESKAN SEKTOR KESEHATAN PADA SDGs” (Kusuma W. Wardani) Sampai dengan saat ini masih banyak kita jumpai masyarakat ...