ceritakus
Rabu, 26 Agustus 2020
Artikel Kus
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19
(Kusuma W. Wardani)
Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah
tepatnya di sebelah selatan Kota Solo, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur di
sebelah timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah barat. Kabupaten ini
memiliki julukan sebagai Kota Gaplek. Julukan yang tak lepas dari konsumsi warga
di wilayah tersebut. Sejak dahulu makanan pokok orang Wonogiri adalah thiwul,
bahan pangan dari gaplek atau singkong yang dikeringkan. Kabupaten Wonogiri
sebagian besar merupakan daerah dengan dataran tinggi dan berbukit-bukit. Pada
umumnya masyarakat yang tinggal di dataran tinggi memiliki kebudayaan bertani.
Kondisi tanah yang subur memungkinkan mereka untuk bercocok tanam, salah satunya
adalah singkong. Meskipun Kabupaten ini didominasi oleh lahan kering berbatu dan
tandus, masyarakat mampu memanfaatkan lahan secara optimal dengan diurug tanah
untuk ditanami serta mengandalkan air dari hujan. Selain itu, masyarakat
Kabupaten Wonogiri terkenal dengan budaya merantau. Kondisi wilayah dan akses
yang cukup sulit dijangkau membuat masyarakat berbondong-bondong hijrah ke Ibu
Kota untuk sekedar mengadu nasib atau mencari penghidupan yang lebih baik. Hal
ini menyebabkan angka urbanisasi di Kabupaten Wonogiri tinggi. Sebagian besar
masyarakat yang merantau adalah masyarakat usia produktif sehingga berakibat
kurangnya tenaga kerja bagi desa untuk mengolah pertanian dan hilangnya penduduk
berkualitas di desa itu sendiri. Namun di sisi lain urbanisasi memberikan dampak
positif bagi daerah yang ditinggalkan seperti menurunnya tingkat pengangguran
sehingga dapat mengurangi kemiskinan di daerah tersebut. Tercatat angka
kemiskinan di Kabupaten Wonogiri mengalami penurunan di penghujung tahun 2019
yakni 10,25% dari tahun sebelumnya yang mencapai 13,12%.
Wabah Covid-19
Berkaitan dengan merebaknya wabah Covid-19 yang saat ini melanda hampir seluruh
negara di dunia tak terkecuali Indonesia, Kabupaten Wonogiri merupakan salah
satu daerah yang tanggap dalam menangani wabah ini. Terbukti dengan adanya
kebijakan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo seperti meliburkan sekolah-sekolah,
memberlakukan WFH (Work From Home) bagi beberapa PNS, menghentikan sementara
aktifitas sosial yang menimbulkan kerumunan serta kebijakan untuk selalu
mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan selalu
menjaga jarak. Corona virus disease atau disingkat Covid-19 pertama kali
ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019 berupa kejadian pneumonia berat.
Penyebabnya adalah virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2). Sampai saat ini sudah menyebar ke 182 negara termasuk Indonesia.
Susunan nukleotida dari virus ini memiliki kesamaan dengan MERS-CoV yang mewabah
di Timur Tengah sekitar tahun 2004 dan SARS-CoV yang mewabah di asia sekitar
tahun 2002. Dilaporkan bahwa Covid-19 ini lebih berbahaya dibandingkan 2 virus
lain tersebut. Tanda dan gejala dari Covid-19 mulai dari pusing, demam, sakit
tenggorokan sampai gangguan fungsi organ. Namun pada beberapa kasus orang yang
terinfeksi Covid-19 tidak menimbulkan gejala apapun atau dikategorikan sebagai
OTG (Orang Tanpa Gejala). Virus ini dapat menyerang semua golongan umur. Namun
orang dengan komorbiditas atau penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes,
penyakit kardiovaskuler, usia lebih dari 60 tahun lebih rentan terserang
Covid-19. Virus ini sangat menular dan penyebarannya dapat melalui udara, kontak
lansung lewat percikan saliva, darah, serta permukaan terkontaminasi seperti
logam, kaca, kayu, dan sebagainya. Merebaknya wabah Covid-19 sangat menjadi
perhatian bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah demi memutus
rantai penularan Covid-19. Seluruh tenaga medis dikerahkan untuk ikut andil
dalam menangani wabah ini. Merekalah garda terdepan dalam penangan pasien-pasien
Covid-19. Rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk merawat para pasien dan
tidak sedikit dari mereka yang gugur akibat tertular Covid-19 saat merawat
pasiennya. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan.
Batuwarno dalam Perjalanan
Penulis merupakan seorang tenaga kesehatan di Kabupaten Wonogiri tepatnya di
Kecamatan Batuwarno. Sebuah kecamatan yang berjarak 54 km dari ibukota
Kabupaten. Kecamatan Batuwarno memeliki tinggi wilayah 274 mdpl dan luas 51,65
kilometer persegi yang terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan. Ibukota Kecamatan
ini berada di Desa Batuwarno. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai
petani. Sebagian lainnya sebagai peternak dan pedagang. Di Kecamatan ini
terdapat fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada beberapa
desa juga terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD) yang hanya buka pada hari tertentu. Hal ini karena cukup sulitnya akses
transportasi di daerah ini sehingga dibukanya Pustu dan PKD dapat memudahkan
pemenuhan pelayanan kesehatan masyarakat dan tentunya lebih terjangkau.
Merebaknya wabah Covid-19 yang mucul di Indonesia sekitar bulan Maret 2020
membuat seluruh aktivitas terganggu, salah satunya di Kecamatan Batuwarno
Kabupaten Wonogiri. Masifnya penyebaran virus ini sangat meresahkan masyarakat
dari berbagai pihak. Bagaimana tidak, seluruh kegiatan yang melibatkan banyak
orang dihentikan, sekolah-sekolah diliburkan, pelayanan Pustu dan PKD ditutup,
kegiatan luar gedung seperti posyandu pun dihentikan. Virus Covid-19 sangat
menular bahkan melalui udara sekalipun. Virus ini tidak dapat berpindah tempat
kecuali melalui sebuah agen atau media perpindahan dan manusia adalah agen utama
perpindahan virus ini. Maka dari itu mobilitas manusia sangat dibatasi dengan
ketat. Masalah utama yang terjadi di Kabupaten Wonogiri salah satunya di
Kecamatan Batuwarno adalah adanya budaya pulang kampung bagi para perantau.
Mengingat jumlah perantau di Kabupaten ini cukup tinggi. Perpindahan manusia
dari tempat satu ke tempat yang lain berpotensi besar untuk dapat menularkan
virus Covid-19. Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan ada 25.745 perantau yang
mudik kembali ke wilayahnya melaui Terminal Giri Adipura Kabupaten Wonogiri per
akhir Bulan Maret 2020 dan beberapa diantaranya menunjukkan gejala demam, batuk
dan pilek. Seluruh perantau dikategorikan sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan)
dan pihaknya menghimbau tim kesehatan untuk melakukan monitoring agar ODP ini
termonitor dengan baik serta berada dalam pengawasan tim kesehatan tingkat
puskesmas. Berbagai usaha digalakkan untuk dapat menekan penyebaran Covid-19.
Himbauan untuk tetap di rumah, jaga jarak, memakai masker serta selalu mencuci
tangan terus dilakukan. Tim kesehatan Puskesmas Batuwarno yang terjun langsung
dalam upaya ini bekerjasama dengan lintas sektoral seperti pihak Kecamatan,
Polsek dan Danramil melaksanakan upaya penyuluhan ke desa-desa di Kecamatan
Batuwarno. Menggunakan mobil Pusling, tim berkeliling dari desa ke desa. Tak
jarang mereka menemukan masyarakat yang masih berkerumun tanpa menggunakan
masker. Penyuluhan juga dilaksanakan di Pasar Batuwarno yang menjadi tempat
ditemukannya banyak kerumunan orang. Dikhawatirkan pasar menjadi klaster
penyebaran Covid-19. Tim juga membagikan masker bagi masyarakat yang tidak
mengenakan masker serta selalu jaga jarak. Pasar Batuwarno tidak ditutup selama
wabah Covid-19 karena pasar menjadi roda perekonomian masyarakat disini. Pasar
ini hanya dibuka dua kali dalam seminggu. Masyarakat dihimbau untuk berbelanja
seperlunya saja serta tidak berlama-lama berada di pasar. Pada Agustus 2020
diketahui ada masyarakat terkonfirmasi Covid-19 di Kecamatan Batuwarno. Hal ini
menjadi perhatian tim medis untuk segera melakukan tracking pada orang-orang
yang kontak dengan pasien terkonfirmasi. Diduga pasien merupakan seorang yang
bekerja di luar kota dan sedang menjalani perawatan di luar Kabupaten Wonogiri.
Sekitar seminggu sebelum pasien dinyatakan terkonfirmasi Covid-19, pasien pulang
ke rumahnya yang berada di salah satu desa di Kecamatan Batuwarno. Tim kesehatan
melakukan tracking pada keluarga pasien. Dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan, memakai APD lengkap, tim siap melakukan test swab pada keluarga
pasien terkonfirmasi. Tak henti-hentinya tim menghimbau keluarga untuk tetap
dirumah dan selalu mencuci tangan. Selama beberapa hari keluarga pasien berada
dalam pengawasan tim kesehatan, hasil swab menunjukkan hasil non reaktif yang
artinya keluarga pasien tidak dinyatakan tertular Covid-19. Beberapa hari
setelahnya dikabarkan bahwa pasien terkonfirmasi Covid-19 yang menjalani
perawatan di luar kota telah menunjukkan hasil non reaktif juga.
Adaptasi Kebiasaan Baru
Meskipun hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan
Covid-19, dengan menjalani pola hidup sehat dan tetap mematuhi protokol
kesehatan, pasien Covid-19 bisa disembuhkan. Dibutuhkan kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama melawan wabah Covid-19. Tetap
patuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan selalu
menjaga jarak. Covid-19 masih ada di sekitar kita dan aktifitas manusia akan
terus berjalan. Maka dari itu mulailah untuk menjalani kebiasaan baru, kebiasaan
yang lebih baik dan lebih sehat. Menghadapi wabah Covid-19 mengajarkan kepada
kita bahwa there will be no back to normal but this is the new normal. Kita
semua dengan perjuangan yang berbeda. Kita semua dengan lelah yang sama. Tetap
semangat dan jangan lupa bahagia.
Referensi:
Kabupaten Wonogiri dalam angka 2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
Kecamatan Batuwarno dalam angka2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200330214211-20-488469/25-ribu-perantau-pulang-ke-wonogiri-sebagian-batuk-dan-demam
Jumat, 12 Oktober 2018
Cerpen Kus
Cerita Ngaleut
Oleh: Kusuma Wulan Wardani
Matahari mulai menampakkan dirinya dibalik pohon bambu itu. Sinarnya menembus kaca jendela kamar sehingga membuat aku terbangun dari tidurku semalam. Aku membuka mata. Terlihat langit biru bersolekkan awan tipis dihiasi burung merpati berterbangan. Pagi yang cerah. Kurapikan tempat tidur dan bergegas mandi karena hari minggu ini aku akan mengikuti kegiatan komunitas yang sudah hampir satu bulan ini aku aktif didalamnya. Namanya komunitas Aleut. Aleut dalam bahasa sunda yang artinya berjalan, beriringan. Komunitas ini merupakan kumpulan anak-anak muda yang peduli dengan sejarah, semua seluk beluk kejadian masa lalu yang berhubungan dengan sejarah khususnya di Kota Bandung. Hari minggu pagi ini kegiatan Aleut bertemakan jelajah Pasar Baru.
Tak sabar aku ingin segera bertemu dengan kawan-kawan. Terdengar bunyi handphone dari dalam tas ranselku.
“Ta, nanti kita ketemu di alun-alun aja ya!” kata Ratna
“Siap, sebentar lagi aku berangkat ya!” ucapku dengan penuh semangat
Pukul 7 pagi Aku berangkat naik angkot menuju alun-alun. Jalan raya cukup lengang dan tetap dengan kesibukan masing-masing. Penjual cilok, ibu yang membawa belanjaan, anak-anak yang bersepeda hingga Pak Polisi yang berjaga di persimpangan jalan car free day. Semuanya terlihat bersemangat ditengah dinginnya udara kota ini. Setelah 20 menit perjalanan menggunakan angkot akhirnya aku sampai di alun-alun. Betapa riuhnya suasana disini. Orang-orang berkumpul menikmati hari minggu paginya dengan duduk diatas rumput sintetis. Cukup dengan ngobrol, makan, dan tak sedikit yang membawa keluarga serta anak-anaknya untuk bermain. Semuanya terlihat bahagia.
Di sudut kiri sana terlihat perempuan mengenakan baju merah. Dari postur tubuhnya aku sudah bisa menebak kalu dia adalah Ratna. Orang yang menelfonku tadi pagi. Kulambaikan tangan saat dia memandangku. Dan ternyata benar dia adalah Ratna. Temanku ngaleut hari ini.
“Ta, sini kumpul, kita persiapan dulu” kata Ratna
“Maaf Na sudah lama menunggu ya?” tanyaku dengan suara pelan karena sudah banyak orang yang berkumpul
“Ah enggak juga, O iya ini Fauzi, leader ngaleut hari ini” tuturnya
“Gita” kataku sambil berjabat tangan
“Fauzi” balasnya dengan berjabat tangan pula
Terhitung ada 15 orang yang ikut berjalan hari ini. Sesuai dengan temanya jelajah Pasar Baru, kami lekas berjalan kaki menuju Pasar yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata. Pasar tertua di Kota Bandung yang masih berdiri hingga saat ini. Menurut pemaparan sang leader, Fauzi, Pasar Baru merupakan pengganti pasar lama di daerah Ciguriang atau Jalan Kepatihan yang terbakar akibat kerusuhan Munada tahun 1942. Munada adalah seorang Cina Muslim dari Kudus yang bekerja pada Negel, sang asisten residen saat itu. Tetapi Munada mengkhianati kepercayaan sang atasan dengan menyelewangkan dana sehingga dipenjarakan. Merasa sakit hati dan tidak terima, Munada kemudian membakar Pasar Ciguriang yang berlanjut dengan penyerangan Munada pada Nedel.
Selanjutnya kami diajak berjalan menyusuri jajaran pertokoan yang terletak di belakang pasar, dimana los-los tersebut masih mempertahankan bangunan bergaya art-deco yang menyimpan banyak sejarah. Tidak hanya di Pasar Baru, kami berjalan menuju suatu tempat yang letaknya di sebelah barat pasar yaitu Makam Para Bupati Bandung. Memang tidak ada hubungannya antara pasar dengan makam, tapi tidak ada salahnya kita menambah pengetahuan disini agar tahu siapa saja Bupati-Bupati Bandung pada zaman dulu sekaligus berziarah. Letaknya yang tidak jauh dan dipandu oleh leader yang sangat cerdas membuat kami tambah bersemangat melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di makam, kami bertemu dengan dua orang yang sedang membersihkan makam.
“Permisi Pak, Bu, maaf kami dari komunitas aleut ingin melihat-lihat makam dan mengingat kembali sejarah tentang Para Bupati Bandung yang telah wafat sekaligus berziarah” tutur Fauzi
“Silakan Kang, semuanya” kata Bapak
Diketahui kedua orang tua tadi adalah petugas kebersihan makam. Pak Broto dan Bu Imas namanya. Mereka adalah pasangan suami istri.
“Neng, komunitas tentang apa ini?” tanya Bu Imas yang kebetulan berada di samping kananku.
“Ini kumpulan anak-anak muda Bandung yang punya keingintahuan yang tinggi tetang sejarah dan ingin melestarikan sejarah Bu” tuturku
“Wah, masih ada ya di zaman sekarang anak-anak muda yang seperti ini. Ibu bangga sama kalian. Betapa banyak anak muda yang tidak tahu dengan sejarah negerinya bahkan dengan tokoh-tokoh yang berjasa memerdekakan negeri ini. Terus ingat-ingat sejarah bagaimana para tokoh yang berjuang mengorbankan harta dan jiwanya hingga gugur di medan perang. Ingat dan renungkan agar tumbuh nasionalisme pada jiwa kalian, lebih mencintai negeri ini. Masa depan negeri kita dapat dilihat dari bagaimana keadaan para anak mudanya sekarang” tutur ibu
Betapa Sang Ibu sangat memperhatikan bagaimana keadaan anak-anak muda saat ini. Dalam hati kecilku aku merasa malu bahwa di usiaku yang sudah dewasa ini belum banyak yang bisa aku berikan maupun perjuangkan untuk negeri. Aku ingin sampai tua nanti tetap mencintai negeri ini apapun keadaannya. Aku bangga pernah dilahirkan di negeri ini. Negeri yang kaya akan sejarah. Negeri yang kaya akan sumber daya alam. Aku bangga menjadi bagian dari Indonesia.
Minggu, 01 April 2018
Esai Kus : PERAN PEMUDA DALAM MENANGGAPI LEGALISASI LGBT DI INDONESIA
“PERAN PEMUDA DALAM MENANGGAPI LEGALISASI LGBT DI INDONESIA”
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 265.015.313 juta jiwa. Jumlah yang cukup besar apabila kita lihat dari laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebelumnya telah meningkat 4 juta jiwa (BPS, 2017). Ditambah lagi Indonesia akan mendapatkan bonus demografi 2030 mendatang. Dengan adanya bonus demografi ini diharapkan Indonesia memiliki SDM yang berkualitas sebagai motor penggerak pembangunan untuk kemajuan bangsa. Di lain pihak, tentu banyak masalah yang akan dihadapi terkait tempat tinggal, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Masalah kesehatan yang sekarang masih terjadi dan makin berkembang di Indonesia bahkan seluruh negara di dunia adalah HIV-AIDS. Dari tahun 2005 sampai dengan maret 2016, jumlah infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 198.219 orang, sedangkan infeksi AIDS yang dilaporkan sebanyak 78.292 orang dan terus meningkat setiap tahunnya. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (47%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (25%), lain-lain (25%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (3%) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Kegiatan seks yang tidak aman (berisiko) merupakan faktor terbesar penyebab penyebaran virus HIV secara cepat termasuk kegiatan seks sesama jenis, LSL (Lelaki Seks Lelaki) atau LGBT. Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, pada tahun 2017 terdapat 466 penderita HIV di kota Bekasi dan mayoritas disebabkan karena kegiatan seksual dengan sesama jenis.
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) sangat meresahkan masyarakat di daerah perkotaan. Bahkan di daerah yang kecil pun sudah dijarah oleh para pelaku LGBT. Sekarang ini tengah beredar video tindakan asusila tersebut di internet yang diunggah oleh pelaku LGBT itu sendiri di daerah Depok, Jawa Barat. Ditambah lagi dengan banyaknya aplikasi berbau LGBT yang mudah kita temukan di internet. Menurut pengakuan pelaku LGBT yang ditangkap oleh Polsek Depok akhir-akhir ini, awal mula mereka menjalin hubungan dengan sesamanya adalah melalui aplikasi yang ia unduh di internet. Bahayanya, media tersebut dapat diakses oleh siapapun tak terkecuali pemuda, remaja dan anak-anak yang akan berdampak pada masuknya hal-hal negatif pada pikiran mereka, menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan gaya hidup saat ini hingga berujung pada peniruan tindakan. Pemerintah belum memiliki aturan yang jelas terkait tindakan asusila ini. LGBT sangat merusak moral bangsa karena bertentangan dengan ideologi Pancasila. Maka perlu upaya untuk mengatasi permasalahan LGBT di Indonesia melalui masyarakat terutama pemuda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus bangsa, serta pemerintah sebagai garda terdepan.
B. Urgensi Permasalahan
Dari data di atas, LGBT banyak memberikan dampak negatif bagi pelaku maupun lingkungan sekitar, diantaranya risiko peniruan tindakan asusila tersebut karena pengaruh media elektronik seperti youtube dan aplikasi google. Meningkatnya penyakit menular seksual HIV-AIDS bagi pelaku. LGBT sangat merusak moral bangsa karena bertentangan dengan ideologi Pancasila terutama sila pertama. Permasalahan makin maraknya LGBT di Indonesia adalah karena belum adanya aturan Undang-undang yang jelas sehingga pelaku LGBT yang ditangkap seolah bebas karena tidak terikat oleh hukum. Hal tersebut akhirnya menjadikan LGBT sebagai suatu tren di masyarakat dan makin berkembang.
Oleh sebab itu, tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya penanganan masalah LGBT oleh pemerintah melalui peran aktif pemuda sebagai generasi penerus bangsa.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya penanganan masalah LGBT oleh pemerintah
2. Untuk mengetahui peranan aktif pemuda sebagai generasi penerus bangsa dalam menanggapi legalisasi LGBT di Indonesia
ISI
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin memberikan masukan kepada pemerintah dan bagaimana para pemuda harus berperan aktif ikut terlibat dalam mengatasi masalah LGBT di Indonesia.
Sejarah LGBT
Menurut American Psyciatric Association (APA) orientasi seksual akan terus berkembang sepanjang hidup seseorang. Jika diuraikan menurut hurufnya, pengertian masing- masing istilah dari LGBT yaitu:
1. Lesbian : merupakan gangguan seksual yang menyimpang dimana wanita tertarik pada wanita lainnya.
2. Gay: merupakan perilaku menyimpang seksual dimana laki laki tertarik dengan sesama laki laki. Gay juga disebut dengan homoseksual.
3. Biseksual: merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang menyukai dua gender sekaligus baik wanita maupun pria.
4. Transgender: merupakan perubahan alat kelamin dikarenakan seseorang merasa alat kelaminnya tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang merupakan kebalikan dari apa yang dia miliki. Kondisi ini memicu seorang wanita yang memiliki sifat tomboy dan merasa seperti laki laki akan merubah jenis kelaminnya menjadi laki laki dan juga sebaliknya dengan cara operasi kelamin.
Fenomena LGBT Pada Masyarakat
Fenomena LGBT Pada Masyarakat
Perkembangan dunia homoseksual tercatat sejak tahun 1990-an dan terus terjadi hingga saat ini bahkan makin marak di masyarakat. Pelaku LGBT seharusnya menerima keadaan bahwa aturan agama apapun di muka bumi ini sangat melarang keberadaanya karena tidak sesuai dengan fitrah manusia dan adat masyarakat Indonesia. Indonesia yang sudah terpengaruh oleh budaya barat membuat masyarakat melakukan perbuatan yang tidak didasari oleh ajaran islam. Namun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, LGBT dianggap sebagai sesuatu yang tidak wajar, aneh, dan menjijikkan. Tidak heran apabila pelaku LGBT di Indonesia akan dikucilkan dan mendapat perlakukan berbeda oleh masyarakat. Berbeda dengan fenomena LGBT di beberapa negara barat yang sudah dianggap wajar bahkan dilegalkan. Indonesia adalah negara beragama dan mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam yang sangat melarang perbuatan menyimpang tersebut. Perilaku seksual yang dibenarkan islam dan sesuai fitrah manusia adalah hubungan dengan lawan jenis. Seorang pria mencintai wanita, begitu juga sebaliknya. Seperti yang Allah katakaan dalam Surat Adz-Dzariat ayat 49 yang artinya bahwa segala sesuatu itu diciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Perilaku seksual LGBT sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Luth. Allah swt menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth yaitu kaum Sodom yang melakukan perbuatan seksual menyimpang atau saat ini disebut LGBT. Azab yang ditimpakan kepada kaum Sodom diceritakan dalam surat Al Hijr ayat 72-74. “Sungguh mereka terombang-ambing dalam kemabukan mereka (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari sijjil.”. Alasan inilah yang menjadi dasar bahwa secara agama LGBT sangat dilarang keberadaanya atau diharamkan.
Pandangan Pemerintah Indonesia tentang LGBT
Masyarakat Indonesia sangat menentang LGBT. Bagi para pelaku LGBT, tidak adanya pengakuan ini sangat bertentangan dengan hak-hak dasar warga negara yang dijamin oleh konstitusi itu sendiri. Menurut deklarasi PBB (Perserikatan Bangsa- Bangsa), hak dasar individu terdiri dari; hak hidup, hak kebebasan, dan hak memiliki kebahagiaan. Atas dasar deklarasi ini, setiap individu berhak mendapatkan tiga hak tersebut, dan wajib dijamin oleh negara. Hak-hak inilah yang terus dipermasalahkan oleh komunitas LGBT di Indonesia (Noviandy, 2012).
Permasalahan LGBT tidak boleh dikesampingkan oleh pemerintah. Pasalnya ini sudah sangat meresahkan warga. Beberapa tokoh masyarakat dari berbagai organisasi hingga mengajukan permohonan agar pelaku LGBT mendapat hukuman yang jelas dalam Undang-undang. Permasalahan LGBT dapat ditanggulangi oleh pemerintah dengan cara:
1. Melaksanakan sosialisasi ke berbagai daerah mulai dari keluarga, sekolah dan organisasi kemasyarakatan terkait bahaya dan dampak LGBT
2. Menyediakan anggaran untuk pelaksanaan rehabilitasi pelaku LGBT
3. Segera menetapkan UU KUHP yang jelas tentang hubungan sesama jenis,
Peran Pemuda Dalam Menanggapi Legalisasi LGBT di Indonesia
Pemuda merupakan aset suatu bangsa karena masa depan bangsa ditentukan oleh pemuda di dalamnya. Tidak dipungkiri ramainya pemberitaan tentang legalisasi LGBT di Indonesia banyak menyita perhatian warga. Ada yang hanya terdiam dan bersikap masa bodoh. Ada juga yang mengkritik pemerintah lewat internet maupun media sosial lainnya. Disini pemuda berperan penting sebagai penengah antara masyarakat dan pemerintah juga sebagai agen perubahan menuju kehidupan yang sejahtera. Peranan pemuda yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menanamkan dalam diri bahwa segala perilaku menyimpang itu berbahaya dan pasti menimbulkan dampak negatif bagi pelaku maupun lingkungan sekitanya
2. Mendukung segala usaha pemerintah dalam menangani masalah LGBT termasuk mendukung pemerintah untuk segera menetapkan UU KUHP tentang hubungan sesama jenis. Dalam hal ini adalah perluasan makna dalam pasal KUHP diantaranya pasal 284 tentang perzinahan yang tadinya terbatas dalam kaitan pernikahan agar diperluas diluar pernikahan. Pasal 285 tentang perkosaan yang tadinya laki-laki kepada perempuan agar diperluas dari laki-laki kepada laki-laki atau perempuan kepada laki-laki. Pasal 292 tentang pencabulan anak sesama jenis laki-laki dewasa kepada anak-anak agar dihilangkan umurnya.
3. Selalu mencari fakta dan berfikir kritis serta tidak mudah percaya dengan segala informasi yang tidak jelas sumbernya bahwa sebenarnya pemerintah tidak melegalkan LGBT tetapi hanya masalahnya belum terselesaikan dan masih simpang siur kepada siapa masalah tersebut dibebankan sehingga seolah terjadi lempar bola diantara kubu pemerintahan dan masyarakat berasumsi bahwa LGBT dilegalkan.
4. Memproteksi diri dari luasnya jejaring sosial dan akses dunia maya lainnya
5. Tidak mengucilkan pelaku LBGT, tetap jalin pertemanan dengan mereka untuk pelan-pelan memutus hubungan dengan sesamanya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanganan masalah LGBT oleh pemerintah Indonesia tidak lepas dari campur tangan masyarakat. Masyarakat berhak berperan serta dalam pembangunan serta penanganan segala masalah negara terutama oleh pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menangani masalah LGBT serta peran pemuda dalam menanggapi legalisasi LGBT diIndonesia. Pemerintah tetap pada tugasnya yaitu memberikan pengayoman kepada masyarakat dan membuat aturan tertib hukum agar setiap tindakan dilakukan atas dasar aturan yang jelas. Pemuda dapat menjadi agen perubahan menuju kehidupan sejahtera dengan menjadi penghubung aspirasi antara masyarakat dengan pemerintah. Pemuda sebagai pemegang kecanggihan teknologi masa kini akan lebih mudah menyampaikan segala keluhan masyarakat melalui media sosial yang sekarang sedang berkembang. Pemuda melalui berbagai organisasi kemasyarakatan dapat melakukan pembinaan dan sosialisasi terkait bahaya LGBT. Pemuda tidak mudah terprovokasi oleh berita yang tidak jelas sumbernya dan sepenuhnya mendukung pemerintah bahwa sebenarnya pemerintah tidak melegalkan LGBT tetapi hanya masalahnya belum terselesaikan dan masih simpang siur kepada siapa masalah tersebut dibebankan sehingga seolah terjadi lempar bola diantara kubu pemerintahan dan masyarakat berasumsi bahwa LGBT dilegalkan.
B. Saran
Pemerintah harus terus mengkaji dan mencari solusi atas masalah ini terutama mengenai peraturan UU KUHP yang mengatur hubungan sesama jenis agar segera ditetapkan. Pemuda diharapkan terus terlibat aktif mulai dari adanya kesadaran dan proteksi diri dari segala perilaku menyimpang agar tidak mudah untuk ikut-ikutan serta tidak mengucilkan pelaku LGBT agar kehidupan mereka kembali normal dengan pelan-pelan memutus hubungan dengan sesamanya karena sebenarnya pelaku LGBT tidak ingin dirinya terlahir sebagai seorang LGBT.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Kebutuhan Data Ketenagaan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Diakses di internet pada tanggal 24 januari 2018 dari situs: https://www.bps.go.id
https://dosenpsikologi.com/pengertian-lgbt-menurut-para-ahli. Diakses di internet pada tanggal 21 Februari 2018
Noviandy. LGBT Dalam Kontroversi Seksualitas Dan Relasi Kuasa. Volume 02 no 02 November 2012
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan I Tahun 2016. Jakarta
Rizal, Khairul. Penanggulangan LGBT: Studi Pemikiran Hukum Pegiat Sosial Keagamaan Ikatan Alumni Timur-Tengah Aceh.UIN Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2016
Selasa, 06 Februari 2018
Cerpen Kus
PESAN
AYAH
Oleh:
Kusuma Wulan Wardani
Namaku Rian, Rianti
Atmaja, seorang pelajar kelas tiga SMA yang sekarang sedang duduk termenung di
ruang BP sekolah. Mataku tajam menatap guru yang berbicara. Duduk tegap dengan
jari tangan saling menggenggam di atas meja kayu berukuran satu kali setengah
meter itu. Disampingku seseorang duduk dengan kepala tertunduk seolah-olah
dibawahnya ada sekeping uang logam dan dia siap mengambilnya. Hanya kata “ya”
yang keluar dari mulut ketika guru menanyainya. Ini sudah kedua kalinya ia
dipanggil ke ruang BP karena meminta uang secara paksa anak-anak kelas sepuluh.
Aku berada di ruang BP bukan karena ikut meminta uang tetapi terlibat adu mulut
dengan Beni saat Aku tahu bahwa anak kelas sepuluh yang ia paksa minta uangnya
adalah adik sepupuku. Suara guru menggema di setiap sudut ruangan dan kalimat
terakhir yang Beliau ucapkan adalah oang tua Beni akan dipanggil ke sekolah
untuk membicarakan masalah ini. Aku merasa cukup lega mendengarnya, setidaknya
Beni akan jera dengan apa yang ia perbuat.
Bel
berbunyi tanda jam istirahat usai. Suaranya nyaring. Bergegas kurapikan baju
putihku yang lusuh. Kulihat ada luka di siku tangan. Sedikit berdarah dan
rasanya perih. Tapi biarkan saja, Aku ini perempuan kuat, sudah biasa merasakan
hal-hal seperti itu. Nanti diberi obat merah pasti sembuh. Beni memang sempat
mendorongku saat adu mulut tadi siang di kantin sekolah. Aku jatuh terkulai
diantara kursi dan meja kantin. Tapi Aku segera bangkit, Aku tak ingin terlihat
lemah dan Beni menginjak-injak harga diriku. Aku memang bukan berasak dari
keluarga kaya seperti teman-teman sekolahku. Aku berhak melindungi diriku,
keluarga bahkan adik sepupuku ketika ada orang lain yang merendahkan.
Bersyukur
Aku bisa bersekolah di SMA ini. SMA kebanggaan setiap orang di kotaku. Hanya
orang-orang cerdas yang bisa bersekolah disini. Kalaupun tidak cerdas hanya
orang-orang kaya yang bisa membeli apapun yang ia mau dengan uang, termasuk
bersekolah di SMA ini. Tetapi jangan salah, Aku bersekolah di SMA ini karena kerja
keras otakku berfikir dan belajar. Mustahil bagiku membayar uang jutaan rupiah
untuk bias masuk SMA ini karena Aku berasal dari keluarga sederhana dan berkecukupan,
cukup untuk makan, cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Aku adalah anak tunggal
dari orang tua yang sangat menyayangiku. Terlebih ayahku, Beliau ingin sekali
Aku bias berpendidikan tinggi meraih gelar sarjana, magister, hingga doctor
sekalipun. Ibuku telah tiada sejak Aku berusia 5 tahun. Ayah adalah orang yang
sangat percaya diri dan memiliki keinginan kuat. Tak peduli apakah Beliau bisa
menyekolahkan Aku sampai jenjang tertinggi karena biayanya pasti mahal. Tapi
Beliau selalu berpesan padauk selama ada kemauan pasti ada jalan.
Besok
adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa kelas dua belas yaitu
pengumuman hasil Ujian Nasional. Keyakinanku kuat, Aku pasti lulus. Tapi
bagaimana dengan nilainya, baik, sedang atau burukkah. Aku cemas hari ini,
jantungku berdebar menanti esok hari.
Kecemasanku
hilang saat Aku mengetahui bahwa Aku dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup
memuaskan. Lantas bagaimana dengan kelanjutan pendidikanku. Aku masih menunggu
pengumuman SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri esok
hari.
Hari
yang ditunggu-tunggu telah tiba. Namaku tidak ada dalam daftar siswa yang lolos
SNMPTN. Seketika tubuhku lemas. Hanya bias duduk tertunduk menahan tangis
ketika berbicara dengan Ayah.
“Rian
tidak usah kuliah ya Yah, biar kerja aja”
“
Dengarlah nak, kita memang bukan orang yang kaya, Ayah tidak berpendidikan
tinggi apalagi disegani banyak orang. Ayah ingin kau memiliki masa depan yang
cerah tidak seperti kita sekarang. Negara kita ini menjamin hak-hak setiap
warganya termasuk hak mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan negara akan
memberikan bantuan pendidikan atau beasiswa kepada anak-anak yang cerdas maupun
tidak mampu untuk bersekolah baik di dalam maupun di luar negeri. Ayah tahu Kau
anak yang cerdas. Kau hanya perlu berusaha lebih keras lagi. Keberhasilan tidak
didapat diperoleh dengan instan Nak, terkadang kau harus rela jatuh
berkali-kali kemudian bangkit untuk meraih keberhasilanmu. Itulah
sebenar-benarnya usaha. Dengan kau menjadi orang yang berpendidikan, tidak akan
banyak orang lain yang merendahkanmu. Berusahalah nak, manisnya hidup terasa
setelah lelah berjuang”. Ayah mencoba memberiku semangat.
Benar
saja, Aku diterima di salah satu Universitas Negeri setelah mati-matian belajar
bahkan mendapat beasiswa sekaligus karena nilaiku pada saat tes masuk memang
bagus. Motivasi Ayah kala itu telah mengetuk hatiku untuk terus berusaha dan
menyadarkanku akan pentingnya pendidikan. Ku cium tangan Ayahku, Ku ucapkan
terima kasih padanya meminta doa restu Aku belajar di Fakultas Keguruan,
Jurusan Pendidikan Bahasa. Cita-citaku sejak dulu.
Rabu, 06 Desember 2017
Esai Kus: Sustainable Development Goals (SDGs)
“YUK GERMAS, SUKSESKAN SEKTOR KESEHATAN PADA SDGs”
(Kusuma W. Wardani)
Sampai dengan saat
ini masih banyak kita jumpai masyarakat baik dari kalangan muda maupun tua yang
menderita sakit. Ketika penyakit sudah menyerang dan mereka merasakan sakit, mereka berbondong-bondong
pergi ke fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan. Mereka memeriksakan sakitnya ketika sudah parah, dokter di
fasilitas pertama sudah tidak dapat menangani sehingga harus dirujuk ke rumah
sakit. Rumah sakit khusunya BPJS banyak menerima pasien rujukan dari dokter fasilitas
kesehatan pertama hingga akhirnya mereka kehabisan ruang perawatan untuk
menampung banyaknya pasien. Tak heran jika banyak rumah sakit menolak pasien
karena penuhnya ruang perawatan.
Berdasarkan
Riskesdas tahun 2013, sebanyak 10,4% penduduk indonesia dalam satu bulan
terakhir melakukan rawat jalan dan biaya rerata yang dikeluarkan sebesar Rp
3.500,-. Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan sebanyak 28,62% penduduk mengalami keluhan kesehatan sebulan yang
lalu pada tahun 2017. Data kesehatan yang dimiliki indonesia, penyakit yang
banyak diderita masyarakat nyatanya diduduki oleh penyakit tidak menular.
Riskesdas 2013 mencatat terdapat beberapa penyakit dengan prevalensi tinggi
yang menyebar di beberapa provinsi di indonesia, yaitu hipertensi (25,8%),
penyakit sendi (24,7%), hepatitis B (2,8%), stroke (12,1%), dan balita kurang
gizi (19,6%).
Menteri Kesehatan
Nila F. Moeloek menyatakan sejak tahun 2015 penyakit tidak menular (PTM)
menjadi penyebab kematian dan kecacatan terbesar. Tanpa upaya (pencegahan) yang
kuat, tren PTM ini masih akan terjadi. Tahun 1999 penyakit penyebab kematian
terbesar adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), TBC, dan diare lalu
diikuti oleh penyakit stroke dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sejak
tahun 2015 justru stroke dan kecelakaan lalu lintas yang menjadi penyebab
kematian terbesar. Ada 4 sebab utama mengapa tren kematian terbanyak justru
berasal dari penyakit tidak menular yaitu selain gaya hidup, masyarakat kurang
aktifitas fisik seperti olah raga, kebiasaan merokok diatas usia 15 tahun mulai
tinggi, kurang mengonsumsi buah dan sayur serta kebiasaan minum-minuman
beralkohol.
Penyakit-penyakit
tersebut akan sulit diatasi apabila sudah mencapai stadium lanjut atau tingkat
tinggi. Langkah terbaik adalah melalui upaya pencegahan dengan kampanye hidup
sehat. Perlu keterlibatan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda
terdepan. Kampanye hidup sehat merupakan bagian dari upaya promotif preventif.
Upaya ini dapat menekan terjadinya penyakit sehingga menurunkan angka kesakitan
masyarakat yang berobat ke fasilitas kesehatan.
Kampanye hidup
sehat yang sedang digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini adalah GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup (Depkes RI, 2016). Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian dan
kemandirian.
GERMAS meliputi
kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok,
tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan
lingkungan dan menggunakan jamban. Pada tahap awal GERMAS secara nasional
dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu: 1) Melakukan aktifitas fisik
30 menit per hari, 2) Mengonsumsi sayur dan buah, 3) Memeriksakan kesehatan
secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Sektor kesehatan
pada SDGs (Sustainable Development Goals) terdapat 4 goals. SDGs (Sustainable
Development Goals) adalah kesepakatan
pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah
pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan
untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs
diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk
meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one
Left Behind”. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam rangka
melanjutkan upaya dan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang
berakhir pada tahun 2015 lalu (Bappenas).
Keempat
goals yang berkaitan dengan sektor kesehatan berada pada posisi goals 2, 3, 5
dan 6. Goals 2 SDGs yaitu “Zero Hunger”
atau nol kelaparan, maksudnya adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan dan meningkatkan gizi serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Hal
ini berkaitan erat dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu makan sayur dan buah
setiap hari. Pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari masih menjadi beban bagi
saudara-saudara kita di bagian timur seperti papua barat, NTT, maluku, dan
sebagian kalimantan. Upaya keberhasilan program GERMAS dibutuhkan peran pemerintah
dalam mengatasi kelaparan.
Berdasarkan
hasil penelitian terakhir dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan
sebanyak 19,4 juta penduduk indonesia masih mengalami kelaparan. FAO menilai
indonesia telah cukup berhasil dalam menurunkan angka kelaparan dari tahun ke
tahun sebelumnya hingga setengahnya, namun masih banyak yang harus dilakukan
khususnya diwilayah timur indonesia yang masih terdapat penduduk yang tidak
memiliki makanan yang cukup. Namun meskipun telah berhasil menurunkan angka kelaparan
hingga 50%, indonesia masih dinilai lambat dalam mengurangi jumlah
penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak dibawah usia 5 tahun. Dari
data terakhir hampir 37% balita di indonesia menderita stunting atau terhambat
pertumbuhannya karena kekurangan gizi.
Goals
3 pada SDGs yaitu “Good Health and well being” atau kehidupan sehat dan
sejahtera, maksudnya adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang. Goals selanjutnya yang berkaitan dengan SDGs
yaitu goals 5 “Gender Equality” atau kesetaraan gender, maksudnya adalah
menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama
dalam berbagai aspek kehidupan namun tidak terlepas dari konteks cara pandang
harus tetap disesuaikan dengan kodrat perempuan. Contohnya pada kasus ibu hamil
yang menunggu keputusan suaminya untuk pergi berobat ke dokter yang pada
akhirnya berakibat fatal pada kesehatan ibu dan janinnya. Antara laki-laki dan
perempuan harusnya sama-sama menjadi pengatur rumah tangga dengan peran
masing-masing dan demi kebaikan keduanya. Hal ini berkaitan erat dengan upaya
pelaksanaan GERMAS yaitu memeriksakan kesehatan
secara rutin sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Berlanjut ke goals
6 yaitu “ Clean water and sanitation” atau air bersih dan sanitasi layak,
maksudnya adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang. Berkaitan dengan upaya pelaksanaan GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik setiap hari
yang harus didukung oleh sanitasi yang baik serta ketersediaan air yang
memadai. Sanitasi dan air minum yang tidak layak meningkatkan risiko terjadinya
diare. Riskesdas 2013 menunjukkan angka insidens diare pada balita sebesar
6,7%. Angka ini tinggi dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Pemerintah telah melaksanakan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
yang merupakan salah satu strategi upaya percepatan perubahan perilaku
masyarakat dalam penyediaan air minum dan sanitasi yang layak. Upaya ini
memerlukan keterlibatan sema pihak masyarakat maupun tenaga kesehatan sebagai
pemacu perubahan perilaku. Dengan adanya air minum dan sanitasi yang layak,
masyarakat dapat lebih sehat karena dapat melakukan aktifitas fisik dengan
nyaman, bersih, tanpa polusi.
Setiap
masalah kesehatan pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yang timbul secara
bersamaan, yaitu :1) Adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, 2) Adanya
lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan 3) Adanya
perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan
lingkungannya (Depkes RI, 2008). Kesehatan setiap individu ditentukan oleh
perilaku hidupnya sehari-hari. Perubahan perilaku erat hubungannya dengan promosi
kesehatan. Perlu dukungan semua pihak terutama pemerintah sebagai garda
terdepan untuk menggalakkan program promosi kesehatan ini. Kampanye GERMAS (Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat) adalah upaya promosi kesehatan yang sedang gencar
digalakkan oleh Kementrian Kesehatan saat ini dan saya sangat mendukung penuh
upaya tersebut dengaan ikut mengimplementasikan tiga kegiatan utama GERMAS seperti yang telah dipaparkan diatas mulai dari
diri sendiri, pemberian informasi kepada keluarga dan masyarakat melalui media
sosial. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mengubah perilaku individu yang
tidak sehat menjadi sehat dan terbebas dari masalah kesehatan.
Selasa, 05 Desember 2017
Artikel Kus: PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI
DENTAL ANATOMI
GIGI
PERMANEN/TETAP
A.
Waktu Erupsi (dalam tahun)
Gigi
|
I1
seri1 |
I2
seri2 |
C
taring |
P1
geraham kecil1 |
P2
gerham kecil2 |
M1
geraham besar1 |
M2
geraham besar2 |
M3
geraham besar3 |
RA
|
7-8
|
8-9
|
11-12
|
10-11
|
10-12
|
6-7
|
12-13
|
17-21
|
RB
|
6-7
|
7-8
|
9-10
|
10-12
|
11-12
|
6-7
|
11-13
|
17-21
|
Urutan
erupsi gigi permanen :
1.
Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1
bawah
2.
Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah
3.
Gigi I2 atas
4.
Gigi C bawah
5.
Gigi P1 atas
6.
Gigi P1 bawah dan P2 atas
7.
Gigi C atas dan P2 bawah
8.
Gigi M2 bawah
9.
Gigi M2 atas
10. Gigi
M3 atas dan bawah
B.
Perkembangan gigi geligi
Setelah
korona gigi terbentuk, bagian akar mulai berkembang dan sementum mulai
terbentuk. Penghubung semento enamel yaitu garis servikal yang membentuk suatu
garis demarkasi anatara mahkota dan akar yang dimulai dengan suatu bonny crypt
dari tulang rahang. Setelah mahkota dan akar terbentuk gigi menembus membran
mukosa dari mulut. Pembentukan dentin bagian akar dan sementum dilanjutkan
setelah gigi digunakan. Kemudian pembentukan akar 50% sudah selesai pada waktu
gigi erupsi. Setelah akar terbentuk seluruhnya baru sementum menutupi bagian
luar akar. Jaringan pulpa dengan jaringan-jaringan dibawahnya mulai berguna
setelah gigi selesai dibentuk.
Gigi
manusia terdiri dari sejumlah struktur utama yang dapat dibagi dalam tiga
kelompok (Brauer) :
1.
Struktur Propriodontal ( enamel dan
dentin) yang khas untuk gigi, jaringan serupa ini tak akan terdapat di jaringan
tubuh yang lain
2.
Struktur Endodontal (pulpa) yaitu organ
yang dibentuk dari dentin
3. Struktur Periodontal (sementum, tulang
alveolar, selaput perodontal dan gingiva) yaitu struktur penyanggah dan penanam
dari gigi geligi
Benih
gigi dibentuk dari tiga organ pembentuk :
1.
Organ enamel
2.
Dental papilla (organ dentin)
3.
Kantung gigi (organ periodontal)
C.
Awal perkembangan gigi
Perkembang dimulai dari
daerah anterior mandibula pada usia 5-6 minggu dilanjutkan ke arah posterior
dari kedua rahang.
Perkembangan dimulai
dari pembentukan lamina gigi yaitu pita pipih yang terjadi karena penebalan
jaringan epitel mulut(ektoderma) yang meluas sepanjang batas oklusal dari
mandibula dan maksila pada tempat dimana gigi-gigi akan muncul.
D.
Siklus Kehidupan Gigi
1.
Tahap Pertubuhan
a.
Tahap Inisiasi
·
Merupakan stadium permulaaan
·
Mulai embrio umur 5-7 minggu Intra
Uterin
·
Benih yang pertama dibentuk gigi susu
·
Gigi permanen 10-14 minggu Intra Uterin
·
Pada stadium ini yang terbentuk adalah
lamina dentalis
b.
Tahap Proliferasi
Lamina dentalis membelah membentuk :
·
Enamel organ
·
Dental papilla (organ dentin)
·
Dental sac ( periodontal organ)
c.
Tahap Histodiferensiasi adalah spesialisasi
sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam susunannya
·
Bagian dalam enamel organ membentuk
ameloblast
·
Bagian luar dentin papilla membentuk
odontoblast
·
Ujung enamel organ akan memperbanyak
membentuk sarung epitel hertwiqs
·
Sarung ini merupakan arah terbentuknya
daerah pertemuan dentin dan semen
·
Sehingga merupakan penentu bentuk dasar,
besar dan panjang akar
·
Bagian luar membentuk cementoblast,
bagian dalam membentuk odontoblast
d.
Tahap Morfodiferensiasi adalah susunan
sel-sel pembentuk dentino enamel dan dentino cemental junction
·
Penyusun sel-sel formatif pada sekitar
yang akan menjadi Dentino Enamel Junction(DEJ) dan Dentino Cemento
Junction(DCJ) sehingga akan membentuk crown dan radix
·
Daerah pertemuan ini terjadi
matrik-matrik email dan dentin
·
Bentuk akar gigi akan diberi arah oleh
sarung epitel hertwiqs yang bergerak ke arah ujung akar
2.
Erupsi Intraoseous
a.
Tahap Aposisi adalah pengendapan matriks
email dan dentin
b.
Tahap Kalsifikasi adalah pengerasan
matriks
3.
Tahap Erupsi
Adalah pergerakan gigi kedalam rongga
mulut
4.
Atrisi
Adalah ausnya permukaan gigi karena
lamanya pemakaian waktu berfungsi
5.
Resorbsi
Langganan:
Postingan (Atom)
Artikel Kus
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...

-
DENTAL ANATOMI GIGI PERMANEN/TETAP A. Waktu Erupsi (dalam tahun) Gigi I1 seri1 I2 seri2 C taring ...
-
WONOGIRI: DALAM PERJALANAN MELAWAN COVID-19 (Kusuma W. Wardani) Wonogiri merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Prov...
-
“YUK GERMAS, SUKSESKAN SEKTOR KESEHATAN PADA SDGs” (Kusuma W. Wardani) Sampai dengan saat ini masih banyak kita jumpai masyarakat ...